Login

Lost your password?
Don't have an account? Sign Up

Nobar “Suara Penyitas” Jadi Momentum Konsolidasi Gerakan Penyitas Dan Mah

Kegiatan nonton bareng film “Suara Penyintas” yang digagas oleh Sulteng Bergerak bersama organisasi kemanusiaan dan kelompok seniman pada Senin malam (16/03/2020) di lapangan Nebula menjadi momentum bagi gerakan penyintas dan gerakan mahasiswa untuk melakukan konsolidasi dan penyatuan gerakan untuk merespon berbagai kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat.

Di tengah perwakilan penyintas, pegiat organisasi kemanusiaan dan seniman, Koordinator Sulteng Bergerak Adriansa Manu menyatakan bahwa Gerakan penyintas dan gerakan mahasiswa sesungguhnya mempunyai tujuan yang sama. Gerakan penyintas menuntut pemenuhan hak-hak oleh negara saling terkait dengan gerakan mahasiswa yang saat ini sedang menuntut pembatalan pengesahan RUU Omnibus Law yang juga akan berdampak terhadap kehidupan rakyat utamanya penyintas yang memang saat ini berada dalam kondisi rentan. Untuk itu kata Adriansa sudah saatnya gerakan yang berserak dan terpisah-pisah ini disatukan agar gerakan rakyat lebih maju dan punya kekuatan yang lebih besar untuk menyuarakan tuntutan dan kepentingannya kepada pemerintah.

Sementara itu perwakilan penyintas Amir DM dalam testimoninya mengatakan bahwa berbagai upaya telah dilakukan oleh penyintas melalui upaya administratif, dialog-dialog hingga aksi demonstrasi belum membuahkan hasil sesuai dengan harapan pemerintah. Justru pemerintah terkesan abai terhadap kewajibannya untuk memenuhi hak-hak penyintas. Karenanya menurut Amir DM gerakan penyintas membutuhkan dukungan dari berbagai kalangan utamanya dukungan dari gerakan mahasiswa yang selama ini menjadi pelopor perubahan sosial.

Film “Suara Penyintas” merupakan sebuah film dokumenter yang digarap oleh koalisi organisasi masyarakat sipil Sulteng Bergerak untuk mendokumentasikan kondisi yang dialami penyintas hingga 17 bulan pascabencana Padagimo 28 September 2018 serta gerakan penyintas yang sampai hari ini terus berjuang menuntut pemenuhan hak-haknya. Selain pemutaran film, kegiatan ini juga menampilkan pertunjukan seni dari seniman yang selama ini menyuarakan penderitaan dan tuntutan penyintas seperti band Culture Project, Polisi Tidur, Arus Tengah dan Carrabean Bunglon.

Di sesi akhir kegiatan, para penyintas, organisasi kemanusiaan, seniman dan mahasiswa melakukan konsolidasi untuk membicarakan tindak lanjut dari kegiatan tersebut. Dalam sesi konsolidasi ini mereka menyatakan komitmen untuk bersama-sama melakukan konsolidasi lanjutan untuk merencanakan upaya lanjutan dalam rangka mengadvokasi hak-hak penyintas dengan lebih memperluas konsolidasi dan menyatukan isu perjuangan rakyat, termasuk merespon merebaknya virus COVID-19.

Sebagaimana diketahui kegiatan pemutaran film dan konsolidasi ini merupakan inisiatif bersama dari koalisi masyarakat sipil Sulteng Bergerak, Indonesia Bangkit, Himasos, Himap, Walhi Sulteng, Yayasan Tanah Merdeka, SMIP Sulteng, Culture Project, Arus Tengah, Polisi Tidur, Nebula, Carrabean Bunglon dan Aliansi Korban Bencana Bersatu.

Sumber : Sulteng Bergerak

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*