Band Polisi Tidur Tampil Dalam Kegiatan Nobar dan Konsolidasi Bergerak
Band Polisi Tidur Tampil dalam kegiatan Nobar dan Konsolidasi Bergerak bersama penyitas di lapangan Nebula, Kota Palu (Senin, 16 Maret 2020)
Band Polisi Tidur Tampil dalam kegiatan Nobar dan Konsolidasi Bergerak bersama penyitas di lapangan Nebula, Kota Palu (Senin, 16 Maret 2020)
Carabean Bunglon tampil pada Nobar dan Konsolidasi Bergerak bersama penyitas di lapangan Nebula, Kota Palu (Senin, 16 Maret 2020)
PALU – Kelurahan Balaroa dan Petobo di Kota Palu serta Desa Sibalaya dan Jono Oge di Kabupaten Sigi, adalah kawasan dengan kerusakan paling parah akibat likuifaksi, saat gempabumi 28 September tahun lalu. Namun
HARI mulai senja, warna jingga kemerahan menghiasi langit. Sejumlah tenda berdiri berjejer tepat di depan api unggun yang dinyalakan untuk sekedar mengusir hawa dingin. Perlahan warna jingga diatas langit mulai menipis berganti gelap,
28 September 2018 petang, gempabumi berkekuatan 7,4 menimpa Lembah Palu. Gempa memicu tsunami di Teluk Palu, likuefaksi tanah masif dan tanah longsor di beberapa lokasi. Peristiwa-peristiwa alam itu menimbulkan korban tidak sedikit. Ribuan
Setelah bencana alam 28 September 2018, kosa kata baru mengenai bencana dikenal luas oleh masyarakat Kota Palu yang sebelumnya tidak begitu populer. Seperti likuifaksi, mitigasi bencana, tangguh bencana, sesar, Huntap, Huntara, zona rawan