Saat Ratu Belanda Bantu Korban Bencana di Lembah Palu
PALU – Jauh sebelum bencana 28 September 2018, gempabumi dan tsunami di Lembah Palu telah menjadi perhatian internasional. Antara lain pada bencana tsunami di Teluk Palu pada 20 Mei dan Teluk Tomini 23 Mei 1938.
Bantuan bagi korban bencana dua bencana itu datang langsung dari Ratu Kerajaan Belanda saat itu, Wihelmina. Ia memberikan bantuan pribadi sebesar 1000 gulden, seperti yang tercatat dalam surat kabar Bredasche Courant, terbitan 16 Juni 1938.
“Ratu Kerajaan Belanda, Wilhemina, menyerahkan bantuan sebesar 1000 gulden kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda, untuk kepentingan korban bencana,” demikian yang tertulis dalam koran berbahasa Belanda itu.
Berita serupa juga tercatat diterbitkan oleh sejumlah surat kabar lainnya, seperti De Telegraaf, Algemeen Handelsblad, De Gooi-en Eemlander, Nieuwe Tilburgsche Courant, Leeuwarder Courant, De Banier, Het Vaderland, De Tijd, Utrecht Volksblad, Zaan Volksblad, De Maasbode, Delftsche Courant, serta Provinciale Overijsselsche en Zwolsche Courant.
Selain pihak Kerajaan Belanda, bantuan juga datang dari Bala Keselamatan (Salvation Army). Hal ini tercatat dalam sejumlah laporan surat kabar, baik terbitan Belanda maupun lokal. Salah satunya surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 25 Mei 1938.
Koran itu melaporkan, Komandan De Groot dari Bala Keselamatan, menerima laporan dari Sulawesi Tengah, bahwa sebagai akibat gempa bumi di wilayah tersebut, mengakibatkan kerugian sekitar 10.000 gulden dari basis koloni pertanian di Kalawari/Kalawara. Selain itu, terdapat kerugian sekitar 4.000 gulden, diakibatkan kerusakan disebabkan oleh bangunan dan sekolah lain.
Di wilayah basis mereka di Kapiroi, hampir semuanya telah hancur. Adapun total kerugian yang disebabkan oleh gempa bumi berjumlah 14.000 hingga 15.000 gulden. Untuk itu, Bala Keselamatan meminta bantuan dari publik.
De Groot sendiri yang memiliki nama lengkap JW De Groot, merupakan salah seorang Komandan Teritorial Bala Keselamatan yang memimpin teritori Indonesia. Dilansir dari laman resmi Bala Keselamatan, De Groot menjabat antara 1931-1938.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya Oktober 1938, Komandan Teritorial Bala Keselamatan pasca JW De Groot, Kolonel AC Beekhuis bersama istrinya, berkunjung ke Sulawesi Tengah. Kunjungan ini dalam rangka perayaan 25 tahun pekerjaan misionaris di wilayah tersebut.
AC Beekhuis sendiri, sebagaimana dilansir laman resmi Bala Keselamatan, merupakan Komandan Teritorial yang memimpin antara tahun 1938 hingga 1946.
Sebagaimana diberitakan surat kabar Soerabaijasch Handelsblad edisi 18 Oktober 1938, Kolonel Beekhuis mengatakan, banyak yang telah hancur akibat bencana, namun bencana itu tidak memiliki pengaruh pada Bala Keselamatan.
Pada kesempatan kunjungannya, Kolonel Beekhuis memeriksa dan memutuskan apa yang akan dipulihkan dan diperbarui. Sekolah yang terdampak bencana telah dan sedang diperbaiki. Secara khusus kata dia, bantuan keuangan besar telah disediakan untuk pekerjaan perbaikan ini dari lingkaran mereka sendiri.
Surat kabar tersebut juga melaporkan, Kongres Bala Keselamatan juga dilaksanakan di Sulawesi Tengah, tepatnya di Palu. Kongres ini sebagaimana ditulis dalam surat kabar tersebut, ditandai oleh semangat penuh rasa syukur dan sukacita untuk masa depan.
Kongres ini dianggap sebagai sebuah kesyukuran, karena dihadiri Komandan Teritorial Bala Keselamatan, Asisten Residen dan Kontroliur Donggala, juga Gezaghebber Palu.
Sumber : kabarsultengbangkit.com